Gambar Jumlah Hotel Berbintang dan Non-Bintang berdasarkan Kota/Kabupaten di Lombok
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten/Kota di Lombok, 2017
Pasokan hotel berbintang terbanyak terdapat di Kabupaten Lombok Barat (33), diikuti Kota Mataram (27), Lombok Utara (8), dan Lombok Tengah (3). Hotel berbintang di Kabupaten Lombok Barat tersebar d kawasan pariwisata yang lebih matang seperti Senggigi, sementara hotel-hotel berbintang di Lombok Utara didominasi di Kawasan Gili Tramena. Kota Mataram sendiri memiliki banyak hotel berbintang dikarenakan fungsinya sebagai ibukota provinsi dengan akses pasar institusi-institusi pemerintah dan kegiatan bisnis lainnya. Laporan HVS[1] 2015 yang bertajuk “Indonesia Hotel Watch” mencatat bahwa pantai bagian selatan Pulau Lombok memiliki cukup banyak hotel di kategori upscale. Hal ini menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan untuk memilih Pantai Selatan Lombok sebagai salah satu dari 88 KSPN. Hotel berbintang dan non-bintang di Pulau Lombok masing-masing merepresentasikan 96 persen dan 80 persen dari seluruh total pasokan hotel yang ada di Provinsi NTB.
Pada tahun 2017, terdapat 796 hotel (berbintang dan non-bintang) di Pulau Lombok, dengan total jumlah kamar sebesar 11.582 kamar. CAGR[2] hotel selama periode 2011-2017 mencapai 6 persen, sementara CAGR jumlah kamar tercatat sebesar 7 persen. Berdasarkan data MADA terbaru, pertumbuhan jumlah hotel berbintang dan non-bintang di antara tahun 2016-2017 meningkat lebih tinggi sebesar masing-masing 12 persen dan 6 persen, yang disumbangkan utamanya dari hotel-hotel di area perkotaan seperti Mataram. Pertumbuhan jumlah kamar tercatat tertinggi di antara tahun 2012-2014, yaitu di kasaran 10 persen. Pertumbuhan jumlah kamar tersebut sejalan dengan peningkatan dari average daily rate (ADR) di Pulau Lombok di antara tahun 2012-2013 sebesar 13 persen. Namun pertumbuhan hotel dan kamar pada tahun 2018 diperkirakan rendah dengan adanya bencana gempa di Lombok.
Gambar Performa Hotel Mewah dan Menengah Keatas
Sumber: Penelitian HVS, 2015
Di sisi lain, berdasarkan laporan MADA pada tahun 2016, average length of stay (ALOS) pada setiap satuan hotel di Lombok menurun. Hal ini terjadi seiring dengan tumbuhnya berbagai destinasi dan atraksi baru sehingga wisatawan memilih untuk berpindah tempat menginap. Tren in berlanjut ke tahun 2016 dimana ALOS untuk hotel-hotel berbintang menurun dari 2,64 ke 2,08 malam dan untuk hotel-hotel non-bintang dari 2,03 ke 1,74 malam.
Pada tahun 2016, Pemerintah Provinsi NTB berhasil menciptakan paket-paket wisata dengan atraksi di luar destinasi yang sudah terkenal di Lombok, terutama atraksi kebudayaan. Hal ini juga mendorong peningkatan ALOS wisman dari 2,08 ke 2,50 malam, dan wisnus dari 1,74 ke 1,96 malam. Namun peningkatan ini belum bisa mendorong lama tinggal di Lombok untuk menyamai Bali, yang memili ALOS masing-masing 2,90 dan 2,30 untuk wisman dan wisnus di tahun 2017 (BPS Bali, 2018).
Gambar Rata-rata Lama Tinggal Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Domestik di Lombok
Sumber: BPS Provinsi NTB, 2017
[1] Hospitality Valuation Services