
Ekowisata Bangsring Bangkit dari Pandemi
KICK Andy episode Bukan Pemimpi menghadirkan kembali tiga narasumber yang pernah hadir pada beberapa tahun lalu. Kali ini, mereka hadir untuk berkisah tentang kelanjutan kegiatan mereka, termasuk dampak dari kehadiran di Kick Andy terhadap program-program mereka.
Bintang tamu pertama ialah Ikhwan Arief yang pernah tampil di Kick Andy sekitar tujuh tahun lalu. Pada 2015, Ikhwan mengembangkan kelompok sadar wisata di internal desanya saja, yaitu Desa Bangsring, Banyuwangi.
Kini bersama desa Bangsring, ia menjadi inspirasi desa-desa di sekitarnya. Bahkan, beberapa kabupaten dan lintas pulau di Indonesia menjadikan Bangsring percontohan desa wisata.
Ikhwan menyebutkan menjaga lingkungan Bangsring ialah kunci utama. “Tujuan saya dan masyarakat Bangsring saat ini adalah melakukan konservasi, bukan pariwisata. Saya percaya bahwa semakin lingkungan dilestarikan akan semakin menyejahterakan,” kata Ikhwan dalam episode yang tayang hari ini di Metro TV.
Pria yang merupakan Ketua Kelompok Nelayan Samudera Bakti itu mengatakan anggotanya kian bertambah. Dengan begitu, wilayah cakupan konservasi semakin luas.
Kiprahnya di Banyuwangi menghasilkan penghargaan Kalpataru yang diserahkan Menteri LHK di hadapan Presiden Jokowi pada 2017.
Pada tahun itu pula pengelola destinasi wisata Wakatobi melakukan studi banding ke Bangsring. Ia sebenarnya mengaku kebingungan menerima kedatangan mereka karena menilai Wakatobi telah unggul dalam pariwisata.
“Ternyata setelah kita observasi Wakatobi memang keren, tapi pelaku utamanya bukan warga sekitar. Baru saya mengerti kalau saya diajak ke sini (Wakatobi) untuk mengajak bagaimana masyarakat sekitar ikut terlibat dalam pengelolaan lingkungan,” ungkapnya.
Bangsring kini juga telah diduplikasi di dua titik di Madura, yaitu di Sumenep tepatnya di Pulau Gili Lapek, lalu di Sampang, dan Bangkalan. Selain itu, Bangsring menjadi percontohan dari Sabang hingga Raja Ampat.
Ketika datang ke daerah-daerah yang ingin mencontoh Bangsring, Ikhwan mengaku berusaha mengubah pola pikir masyarakat setempat yang tinggal di kawasan pesisir. Setelah masyarakat memahami tujuan besar pariwisata dan dampaknya bagi mereka, barulah ia bisa mengajak masyarakat untuk ikut mengelola.
Baginya, peran masyarakat dalam menjadi pengelola pariwisata wilayahnya sangat penting. “Masyarakat setempat lebih berhak dan pantas daripada investor,” tukasnya. Sebab itu, materi yang Ikhwan berikan ialah memberikan motivasi masyarakat untuk bangkit, memiliki percaya diri, dan berani mengelola daerah sendiri.
Memperbaiki diri dan lingkungan
Ikhwan memulai upayanya untuk memulihkan Bangsring di saat ia masih berusia 24 tahun. Pria yang kini berusia 38 tahun itu memiliki tekad untuk menghentikan penangkapan ikan dengan menggunakan bom.
Dengan usianya yang muda dan ketiadaan pengalaman sebagai nelayan, Ikhwan tidak digubris. Namun, ia tidak menyerah dan secara perlahan terus mengampanyekan bahaya perikanan dengan bom.
Sumber: xnews.id